Sponsored by :

Minggu, September 29, 2013

Purut di musim Kemarau


Tak salah apabila BPBD sebagai salah satu instansi yang terjun langsung apabila terjadi bencana menggandeng para pesepeda untuk mensosialisaikan Mitigasi daerah rawan bencana.
Karena efek rumah kaca yang diakibatkan oleh berkurangnya tanaman dan hutan akan berakibat pada bencana berikutnya yaitu Kekeringan, Banjir, Erosi dan lain sebagainya.
Dan hal ini dilakukan oleh Badan Penanggulanan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Probolinggo yang sedang melaksanakan program sosialisai Mitigasi di beberapa daerah rawan bencana, menunjukkan secara langsung salah satu langkah yang bisa dilakukan yaitu Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor.
Target kali ini berada di Desa Purut Kecamatan Lumbang. Sebuah daerah dengan ketinggian 700 MDPL yang berada disekitar air terjun Madakaripura.
Rute yang diawali dari Markas BPBD ini, terlebih dahulu menyusuri jalan aspal mulus sampai di wilayah Pesisir kemudian masuk jalan desa menuju wilayah Sumber Bendo dimana terdapat salah satu sumber air yang juga dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mengairi sawah dan juga dimanfaatkan untuk Kolam Renang dan Taman Bermain oleh Universitas Pancamarga di tempat yang disebut oleh penduduk sekitar sebagai Pemandian Kokap.


Setelah puas menikmati wilayah Sumberbendo dilanjutkan ke arah selatan menuju hutan jati Purut. Jalan yang dilalui awalnya hanya tanjakan halus, namun berupa aspal yang sudah rusak di banyak lokasi.
Kemudian setelah sampai di pertigaan hutan jati berlanjut ke utara menuju balai desa.
Dari hutan jati ini tanjakan menyiksa mulai terasa, namun jalan berupa aspal hotmix yang masih mulus hingga sampai di balai desa Purut.
Disini dilaksanakan pembukaan Mitigasi Daerah Rawan Bencana oleh Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Probolinggo Bp. Dwijoko Nurjayadi yang juga merupakan dedengkot sepedaan di Probolinggo.
Setelah acara berakhir, perjalanan dilanjutkan menuju perempatan Lumbang yang merupakan jalan raya yang sering digunakan oleh para wisatawan menuju ke Air Terjun Madakaripura ataupun ke Bromo.
Sampai di perempatan Lumbang, istirahat sebentar sambil loading isi perut, kemudian dilanjutkan ke arah timur menuju ke Wonogoro hingga sampai ke Boto dengan kondisi jalan aspal desa yang naik turun rolling terus menerus.
Setelah dari Boto, baru jalanan menurun tajam hingga Patalan dan dilanjutkan jalan datar sampai ke rumah masing-masing.

Minggu, September 15, 2013

Ke Tiris kan kembali

Tidak bisa dipungkiri, kalau cinta pada pandangan pertama kita adalah TIRIS.
Sebuah wilayah di lereng Timur Gunung Lamongan ini, memiliki potensi keindahan yang tersembunyi.
Tak hanya track-nya yang bervariasi, namun juga terdapat Danau yang jumlahnya tak kurang ada 7 buah
Belum lagi, sungai Pekalen yang sangat indah dan alami di dinding-dindingnya mengundang para investor untuk mendirikan obyek wisata extrim Rafting atau Arung Jeram di sungai Pekalen diantaranya adalah yang dilakukan oleh NOARS Rafting.
Selain itu, masih di sungai pekalen terdapat sumber air panas khas gunung vulkanik aktif.
Dan tentu saja, disekitarnya juga terdapat perkebunan kopi, apukat yang merupakan hasil bumi andalan daerah ini, juga sengon yang merupakan bahan baku kayu lapis.
Menyusuri wilayah ini sangat dimanjakan oleh pemandangan gunung Lamongan serta lereng-lerengnya yang
masih hijau.
Tanjakan dan turunan akan ditemukan silih berganti, dan khusus untuk perjalanan kali ini, 700 MDPL adalah elevasi maksimum yang dicapai ketika memasuki wilayah Dukun Darungan serta ketika pulang di desa Kertosuko.
Tentu saja tak dilupakan untuk mandi air panas serta menikmati pemandangan minimal di Ranu Segaran sudah cukup untuk mengurai asam laktat yang menumpuk akibat rasa capek setelah melakukan pedaling dari dataran rendah sekitar 40 MDPL.



Penawungan si Gunung Sedan

Memandang arah selatan dari Leces terdapat gundukan yang mirip bemo, dan ternyata merupakan sebuah bukit yang oleh masyarakat sekitar dinamakan Gunung Penawungan.
Bukit dengan ketinggian hampir 500 meter ini merupakan pembatas antara Kabupaten Probolinggo dan Lumajang tepatnya yang memisahkan Desa Gunung Tugel di wilayah Probolinggo dan desa Jenggrung di Lumajang.
Untuk menuju bukit itu, banyak jalur yang bisa dilalui, namun yang dipilih ada jalur dari Pondok Wuluh, Kedung Rejo, ke arah selatan hingga sampai di batas desa Gunung Tugel.
Variasi jalan berupa aspal mulus, kemudian berubah ke aspal pedesaan yang tak rata.
Memasuki desa Gunung Tugel akan menemui jalur yang sedikit menanjak dengan kondisi jalan yang hancur dan berbatu.
Begitu masuk wilayah desa Penawungan, jalanan tanah kering khas daerah kekurangan air akan mendominasi.
Sebelum memasuki gunung itu akan disapa oleh jalan sempit hingga akhirnya ditemukan gundukan batu padas yang sekarang sudah ditimbun dengan tanah sehingga tak hanya sepeda dan pejalan kaki yang bisa mendaki bukit itu. Tak seperti pertama kali melalui jalur ini 3 tahun lalu.
Jalan ini, merupakan jalan pintas bagi masyarakat desa Gunung Tugel apabila akan menuju Desa Jenggrung dan sekitarnya.
Tanjakan paling menantang adalah sesaat memasuki desa Jenggrung, jalan berbatu sepanjang 200 meter dengan elevasi hampir 30 derajat sebagai ujian ketahanan fisik setelah ditempa dengan panasnya jalur ketika di atas Gunung Penawungan.
Keluar dari Penawungan ada banyak alternatif, kalau terus ke selatan bisa sampai Klakah dan apabila ke arah Timur, maka akan melalui desa Meninjo hingga Tegalbangsri Ranuyoso.