Sesuai yang direncanakan, Tour kali ini harus dilalui dengan terlebih dahulu menaiki Kereta Api menuju kota Randu Agung atau sebelah timur Klakah.
Kendati sempat was-was karena minimnya peserta.
Ternyata pada detik pemberangkatan 36 peserta telah terdaftar.
Hal ini sudah mencapai rekor tour dalam 2 tahun terakhir.
Maklum, disamping karena sarana transportasi yang tak biasa, juga pelaksanaan tour pada hari Minggu membuat banyak peserta yang biasanya berhalangan jadi ikut serta.
Jam setengah lima stasiun kereta api Leces sudah mulai didatangi para anggota sepeda gungung dari segenap penjuru kota Leces - Probolinggo.
Dan tepat pukul 5.15, kereta Probowangi jurusan Probolinggo - Banyuwangi memasuki stasiun.
Dan langsung dengan sigap seluruh sepeda dinaikkan satu persatu melalui beberapa pintu bahkan juga melalui bordes belakang.
Hal ini dilakukan dengan sangat tergesa-gesa mengingat biasanya waktu berhenti di stasiun ini hanya 1 menit, dan terbukti ketika masih ada 5 sepeda terangkut peluit petugas sudah meraung-raung agar secepatnya penumpang naik kereta.
Alhamdulillah meski dengan susah payah sepeda seluruh anggota memadati 1 gerbong lebih.
Bahkan karena adanya sepeda membuat tak leluasa para penumpang bahkan kondektur kereta.
Hampir 1 jam kemudian, kereta telah tiba di tujuan yang direncanakan yaitu Stasiun Randu Agung.
Sebuah stasiun kecil yang jarang dihampiri Kereta Api.
Turun di stasiun ini, segera membentuk formasi untuk briefing rute dan aturan tour yang dilakukan oleh ketua.
Kemudian sebelum dimulai terlebih dahulu diawali dengan berdoa agar selama perjalan nanti tidak menemui halangan yang berarti.
keluar dari halaman stasiun, belok kiri menuju pos 1 yang jaraknya sebetulnya jaraknya lebih kurang 3 KM di desa Ranulogo.
Namun jalanan terus menanjak sehingga memperlambat laju sepeda dan memperberat kayuhan kaki yang belum sempat merasakan warming up.
Tiba di Pos 1, disana disuguhi makanan pengganjal perut berupa makanan ringan klepon dan pisang Agung yang direbus.
Hampir 15 menit istirahat, kemudian dilanjutkan dengan mengikuti jalan desa yang beraspal naik turun dan berkelok-kelok melalui desa Salak dan desa Duren.
Satu persatu anggota yang memiliki kondisi fisik kurang prima mulai turun dan sepedanya.
Semua tak apa-apa karena memang niatnya adalah bersepeda santai sambil menikmati pemandangan.
Dan beberapa anggota mulai merasakan keluhan pada nafasnya, karena saat itu terjadi hujan abu akibat letusan reguler gunung Semeru yang tak jauh dari lokasi.
Kayuhan dan genjotan tak mau berhenti sampai di pos 2 yang terletak di bibir Ranu Pakis.
1 komentar:
Om-om yg terhormat, berapa setiap orang dikenakan biaya naik kereta bersama sepedanya? trima kasih
Posting Komentar