Di tengah perjalanan, tepatnya setelah jembatan sungai desa Kedungrejo, kami berpapasan dengan masi Adi "Scott" Brewok, yang kali ini sedang pemanasan dari rumahnya di Sumber Taman, karena memang sudah hampir 3 bulan tak pernah mengayuh sepeda, maklum beberapa waktu yang lalu terlibat kecelakaan sepeda motor yang meretakkan sebagian tulang keringnya.
Sempat menolak, akhirnya mas Adi tak kuasa menahan ajakan yang menurutnya tidak tepat waktu karena kondisi fisik yang sangat tidak memadai.
Melewati Pasar Bantaran, mas Arif "Spesialized" celingak-celinguk sambil mencari kendaraan pengangkut sayur yang sudah menurunkan bebannya untuk diajak mengantarkan rombongan melewati tanjakan curam di kecamatan Kuripan dan Sumber.
Nego tak terlalu alot, karena kesepakatan langsung terjadi kendaraan sudah siap tancap gas, namun agak tertahan karena adal lagi tambahan peserta yaitu Mas Djoko Budi dari Banjarsawah, sehingga tour kecil kali ini melibatkan sebelas orang.
Jalan curam nan menanjak dan berliku dilalui, meski badan harus diombang-ambingkan dan bikin perut mual, setengah jam kemudian tibalah di pertigaan Desa Kalicilik.
Istirahat sebentar untuk mempersiapkan tubuh karena perubahan ketinggian yang cukup mendadak, langsung disuguhi dengan rute yang mengajak peserta turun dari sepedanya masing-masing.
Kemudian begitu memasuk perkampungan, sepeda Spesialized Arif terputus rantainya. Beruntung kali ini peralatan dan spare part sudah siap sedia jadi kendala pertama bisa diatasi tak butuh waktu lama.
Aspal yang mulus sedikit mengurangi beban getaran sampai di pertigaan Masjid Jami desa Kalicilik kami Istirahat sebentar sambil menanti anggota yang tertinggal terutam mas Heny yang sudah lama tak mengayuh sepedanya.
Belok ke kiri dan kualitas jalanpun mulai menunjukkan penurunan, mulai lubang disana-sini sampai akhirnya aspalnya tak tampak sama sekali alias hanya batu pecah yang ditata dengan rapi.
Pemandangan masih disuguhi dengan ladang-ladang bertanamkan kobis, bawang prei, wortel dan lain-lain sayuran khas dataran menengah, sampai akhirnya kita sampai di jalan yang sama sekali tak barbatu apalagi beraspal.
Dihadapan sudah terbentang permadani berhiaskan daun-daun teh yang membentang di sepanjang Kecamatan Gucialit.
Dipertigaan memasuki perkebunan teh, sempat berhenti sebentar, karena jalan ke kiri menuju ke Desa Sawaran, sedangkan apabila belok ke kanan akan menuju ke Kertowono yang akan dijadikan ajang bagi acara Sejawat seri ke 7 23-24 Mei yang akan datang.
Jalanan naik dan turun sedangkan disisi kiri dan kanan tanaman teh menjadi pemandangan yang menakjubkan, membuat udara yang dihirup penuh oksigen yang menyehatkan dan menyegarkan dan bebas polusi.
Hampir 2 jam mengarungi hamparan tanaman teh yang daunnya ternyata terasa pahit dan getir karena memang belum diolah.
Keluar dari "kompleks" perkebunan ini memasuki desa Sawaran.
Sedikit trauma menghiasi beberapa peserta, karena dilokasi ini mas Teguh "Giant" dan Supriyadi pernah celakan di tikungan pertama jalanan yang menurun tajam.
Hati-hati dan waspada terus dilakukan apalagi mendung mulai menggelayut.
Namun demikian masih ada saja yang celakan karena kurang hati-hati dan sembrono, yaitu Alde putra dari Hermanto jatuh terjengkang justru ketika memasuki tikungan tajam terakhir.
Sekalipun sepedanya rusak cukup parah, namun masih bisa ditunggangi.
Keluar dari desa Sawaran hujan sudah tak terbendung, perut keroncongan pun diisi dengan makanan sederhana di sebuah warung makan yang amat bersahaja.
Menunya pun apa adanya, asalkan perut sedikit terisi, apalagi waktu sudah menunjukkan puku 12 siang.
Hujan sedikit reda, perut sudah tak menjerit, perjalan pulang dilanjutkan menuju ke Klakah, Tegalbangsri, Ranuyoso, Gunung Tengu dan tiba di Leces pukul 2 siang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar