Sekaligus juga penasaran untuk menuju ke kampung itu, disamping lokasinya yang terisolir, konon di kampung yang berpenduduk tak terlalu padat, bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Jawa, padahal disekitar kampung ini, lebih banyak penduduk berbahasa madura.
Untuk menuju ke kampung ini ada 2 jalur yang bisa dilalui.
Alternatif 1 : Melalui Kuripan, tepatnya lewat samping Puskesmas
Alternatif 2 : Pasar Bejebeg desa Kedawung.

Namun ternyata, perjalanan yang awalnya mulus, hanya berlangsung tak lebih dari 1 KM, karena setelah itu, jalanan menanjak sepanjang hampir 4 KM dipenuhi oleh batu-batu yang tertata rapi.
Praktis, lepas dari Jembatan Cinta, yang dilakukan adalah ber TTB sepanjang hampir 3 KM.
Namun pemandangan di sepanjang jalan yang menyusuri Daerah Aliran Sungai Kuripan ini sungguh sangat indah, sehingga sejenak mampu melupakan rasa penat yang tak juga berhenti.
Sampai akhirnya, di puncaknya ditemukan sekumpulan rumah-rumah sederhana yang berada di lereng-lereng bukit nan terjal.
Sempat sebentar merasakan dinginnya air sumber kampung ini, yang memang mampu melepas dahaga setelah disiksa hampir 3 jam ber TTB.
Terisolir, bukan hanya karena lokasi yang berada di perbukitan, ditambah lagi sarana jalan yang sangat tidak nyaman membuat desa ini tampak semakin terpencil di tengah hiruk pikuk kemajuan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar