Penasaran banget setelah mendengar hebohnya pembuatan patung setinggi 15 meter di desa Ganting Wetan Kecamatan Maron.
Meskipun sudah lama direncanakan untuk menuju ke lokasi ini, namun baru sempat dilaksanakan pada tanggal 26 Mei 2013
Itupun setelah mendengar berita kalau sang "Dewi" sudah rubuh karena desakan dari Ormas dan Pemerintah.
Perjalan yang diawali agak kesiangan, dimulai menyusuri hutan jati Banyuanyar yang memang sangat favorit untuk dijelajahi.
Keluar dari Tegalpari, menyusuri jalanan aspal yang mulai banyak lubang menuju Pesawahan, dan terus menuju Maron untuk sekedar mengganjal perut dengan Sate Kambing favorit.
Rute ini memang dibuat memutar untuk memaksimalkan pembakaran lemak sebelum digantikan oleh Sate Kambing Maron yang sudah siap menanti.
Setelah puas menikmati daging kambing yang dibakar ini watu sudah menunjukkan pukul 10 siang, dilanjutkan dengan menyusuri jalan desa menuju Ganting Kulon, tempat dimana sang Kyai Bintaos tinggal.
Hasrat untuk bertemu, rupanya tak kesampaian karena yang bersangkutan sedang bepergian.
Kemudian dilanjutkan menuju ke Sang Dewi Sri dimana lokasinya tak sampai 500 meter dari si empunya patung.
Di sebuah tanah bekas sawah yang sudah mengering, teronggok sesosok patung semen yang sudah rebah
Rupanya, patung ini cukup menarik perhatian, terbukti dengan banyaknya orang yang mengunjunginya dan tentu saja diikuti dengan menjamurnya warung tempat parkir dan penjual asongan di tempat ini.
Hari sudah menunjuk pukul 12 siang, ketika memutuskan untuk pulang, dengan mengambil jalur jalan desa di sekitar Alas Sapi - Sebaong - Sumber Kerang - Sumber Kledung.
Disini rombongan terpecah menjadi 2, karena yang berdomisili di kota memilih lewat Watuwungkuk, sedangkan yang rumahnya di Leces, memilih jalur lewat Sumber Bulu.
Alhasil, sampai rumah ketika waktu menunjuk pukul 2 siang....
8 Jam bersepeda sekalipun diselingi dengan banyak pemberhentian, membuat kulit terasa lebih legam dari biasanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar