Sponsored by :

Senin, Juli 26, 2010

Poncokusumo Special Edition


Satu kehormatan ketika owner LT-Journey mengajak kita untuk membantu menjadi crew di event spesial edition Poncokusumo 24-25 Juli 2010.
Datang di lokasi base camp rumah kayu Desa Ngadas jam 7 malam, disambut cuaca dingin khas dataran tingi dan disana sudah hadir peserta yaitu Om Ricky, Pak Wahjoedi dan Mas Syaiful.

Sempat bingung, karena simbok-nya Poncokusumo lagi on track bersama crew lokal, dan waktu pun diisi untuk mempersiapkan sepeda, menurunkan perlengkapan dan bekal dan tentu saja.. Jagongan serta ngangsu kaweruh dari yang sudah hadir tersebut yang ternyata mereka sudah malang melintang melintasi alam di seluruh nusantara.

Ngiler juga mendengar cerita mereka...

Beberapa jam kemudian datang lagi rombongan dari Surabaya yang membuat suasana yang kesehariannya tenang menjadi hiruk pikuk.

Dan acara kambing guling.. (yang ini nggak kelihatan guling-gulingnya..) dimulai saat waktu hampir menunjukkan jam 23.00.

Lapar bok... dingin lagi.. jadi nggak sempat untuk milih milih.. langsung embat meski kalau pas apes.. kena tulang atau daging kambing yang ternyata berotot seperti biker, maklum gelap tapi tidak gerayangan kok.

Perut agak terisi.. simbok Poncokusumo pun membuka acara technical meeting, dan menyampaikan bahwa ada rute yang sangat-sangat-sangat rawan..perawan... tak pernah tersentuh ban sepeda.

Namun dimotori mas Syaiful, peserta menyatakan siap melalui dengan segala konsekuensinya.

Dan malam itu diakhiri dengan acara... Tidurrr....!! pulas habis meski di kamar sebelah suara gurauan masih terdengar sampai dini hari.

Setengah lima pagi bangun tapi masih males banget, gelap dan tentu saja dingin. Sholat subuh pengennya wudhu pakai air anget, tapi yang ada cuma bisa buat kumur.

Jam 6 pagi sarapan Pop Mie sudah siap... santap meski Pak Haji Joko tak terbiasa mengisi perutnya sebelum gowes.

Jam 7 seluruh peserta yang kali ini berjumlah 15 orang dikumpulkan di dekat lapangan Voly Ngadas untuk mendapatkan briefing sebelum berangkat.

Lima menit kemudian start melalui perkebunan, meski agak tersendat karena banyaknya jalur diantara ladang bawang prei.

Naik... turun... sempit... terkadang licin... membuat peserta yang ternyata masih ada yang pemula agak "malu-malu" melahap track ini.

Bagi yang sudah expert. no problem.

Tak berapa lama kemudian tibalah di lokasi black spot yang sudah disampaikan oleh bu Sarah semalam.

Awalnya agak mudah, namun lama-lama mulai menguras tenaga dan kesabaran.

Pohon bertumbangan kadang menghalang setinggi dada, kadang batang pohon berdiameter 50 cm bergelimpangan di jalur yang lebarnya tak sampai 1 meter, sementara jurang ada di sebelah kanan.

Beruntung bagi yang memiliki fisik langsing dan kecil, namun bagi yang berbadan tambun untuk alamak...!!

Betul-betul mengasah rasa kerjasama diantara peserta.

Track yang tak sampai 1 kilometer ini membutuhkan waktu lebih dari 2 jam untuk melaluinya. Meskipun mas Arif Santoso dan Haji Joko sudah membuka jalur ini dengan dibantu penduduk lokal, namun semak belukar seling menghambat jalannya sepeda karena terselip diantara gear, rantai atau nyangkut pada pedal.

Bahkan saking sulitnya, sampai ada peserta yang terjatuh di jurang, namun berhasil menyelamatkan diri dibantu peserta lainnya.

Di lokasi ini juga ada rekahan tanah yang lebarnya hampir setengah meter dan kedalamannya tak diketahu, karena saking dalamnya.

Keluar dari belantara semak belukar ini sudah memasuki desa Ranupani yang sudah masuk wilayak Kabupaten Lumajang.

Disambut dengan hamparan ladang kentang dan sempat istirahat di lokasi petani yang sedang panen. Sebelum rute tanah menanjak menuju SD Ranupani yang menjadi Pos pembagian extra fooding.

Lepas dari Pos 1... menuju Bantengan... tak usah diceritakan lagi.. Mobil saja harus menggunakan persneling 1. membuat mobil evakuasi cepat sekali terpenuhi penumpang.

Dan tak lama kemudian.. (meski bagi yang gowes terasa lamaaaa... banget) terhampar pemandangan indah bukit Theletubies..(siapa yang kasih nama..?)

Jalan di hamparan lautan pasir kelihatan kecil sekali seperti mainan anak-anak... Indah... membuat kita harus memuji kebesaran Allah yang menciptakan bumi ini... SUBHANALLAH..

Cukup lama disini untuk take any picture... dan lagi situasi kabut sudah mulai berkurang... sangat mendukung.

Lepas dari bantengan, jalanan tanah menurun... kemudian melalui Pavingan dan berhenti di pertigaan Jemplang.

Mobil evakuasi berbelok kiri menuju Ngadas, dan beberapa peserta ikut jalur ini. Namun ada 3 orang ditambah 2 crew saya dan Djoko Budi Sudarmono belok kanan melalui jalan yang lebih jelek.

Sempat salah jalan menuju Nongkojajar... dan harus balik kanan..

Akhirnya bertemu jalan yang dituju untuk melalui desa Jarak Ijo.

Single track yang cukup panjang dan turunan tajam membuat pengendara Full Suspension merasa menemukan makanan kegemaran.

Sampai di Coban Pelangi, langsung disambut makan siang dan kemudian berlanjut ke Wringin Anom untuk bersih-bersih dan sekaligus pembagian souvenir bagi yang beruntung.

Tidak ada komentar: