Sponsored by :

Senin, September 18, 2023

Track Blusukan Bromo

Ketika Bromo masih tertutup untuk semua aktivitas wisata, masih banyak pilihan bagi penggemar sepeda gunung untuk mencoba jalur blusukan di sekitar Bromo yang tak kalah indahnya khususnya untuk penggemar jalur croas country blusukan..
Diawali dengan pemanasan di sekitar Cemorolawang sambil menikmati hamparan padang pasir yang sunyi dan tenang, karena aktivitas pariwisata di dalam lingkungan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru masih ditutup akibat kebakaran hebat.
Perjalanan dilanjutkan dengan menanjak hingga Jembatan Seruni atau pintu keluar wisata Jembatan Kaca, untuk kemudian melewati daerah Rumah Adat hingga keluar ke jalan raya di dekat Punden Ngadisari.
Bila kondisi fisik masih memungkinkan, petualangan dilanjutkan ke rute blusukan di dalam kampung Ngadisari, Wonotoro, Jetak hingga keluar di dekat Balai Desa Ngadas.
Total rute 15 km, sangat menguras tenaga, karena kondisi ketinggian yang minim kadar oksigen..
Bila masih kurang panjang, bisa dilanjutkan blusukan lagi di bawah Ayam Bawangan, hingga Sapikerep atau bahkan dilaniutkan ke jalur Lumbang All Mountain

#mtb

#mountainbike

#sepedagunung

#gowes


https://youtu.be/1C4iEMGTYVY?si=GzUKO-mpdWZnz9Wy





Minggu, Agustus 22, 2021

Kebun Teh Kertowono

Pernahkan memanjakan mata di hamparan kebun teh menghijau nan luas ?
Seolah bisa melepas beban stres dan penat akibat terkungkung kondisi pembatasan akibat pendemi yang melanda hampir seluruh belahan dunia.
Salah satu kebun teh yang lokasi berdekatan dengan wilayah Prob olinggo adalah kebun teh Kertowono.
Dengan mengambil start di dusun Pelalangan - Desa Kalicilik - Kecamatan Sumber. Salah desa yang berbatasan dengan wilayah yang dikelola oleh perusahaan perkebunan plat merah ini.

Start dari Poskamling Pelalangan, langsung bertemu jalur offroad lebar sejauh 200 meter, kemudian masuk ke wilayah Hutan Negara yang didominasi tanaman Pinus dan tumpangsari palawija dan jalur single track berkelok-kelok mesra, sejauh hampir 4 km. Kemudian berlanjut memasuki hutan lebat dan gelap sepanjang 2 km. Sebelum akhirnya bertemu dengan hamparan lahan berbukit-bukit yang mirip hamparan karpet hijau nan luas, yang tidak lain adalah wilayah perkebunan Kertowono.
Terdapat beberapa tempat menarik untuk ber-swafoto di P74 dan Lawang Genitri, selain keindahan alam kebun teh dan panorama gunung semeru serta keindahan lembah di sekelilingnya berupa wilayah kabupaten Lumajang dan Probolinggo yang tampak apabila cuaca mendukung

Menjelajah wilayah kebun teh hampir 4 km jauhnya, kemudian memasuki wilayah desa Sombo untuk kemudian memasuki jalan desa menuju Jenggrung - Gunung Dami hingga finish di Leces, total jarak tempuh mencapai 36 KM, dengan dominasi jalan desa, makadam serta aspal berliku-liku yang menuntut extra hati-hati.





Jalur maut



Jumat, Oktober 02, 2020

5 cm minim makadam





Sekilas jalur yang dilalui

Jalur 5cm yang sudah di explore sejak hampir sepuluh tahun yang lalu dan amat legendaris menjadi jalur favorit penggemar sepeda AM atau DJ karena selain menyuguhkan pemandangan aduhai di hampir sepanjang jalur yang dilalui
Hanya saja, di jalur klasik yang finish di Sukapura memiliki handicap "makadam jahanam" sepanjang kurang lebih 7 km dan sekarang berkurang menjadi 5 km karena 2 km menjelang finish telah di Cor beton, yang bagi beberapa pesepeda malah kurang disukai.
Rock Garden

Sebetulnya ada jalur single track yang amat menarik untuk dilalui, yaitu, menuju kampung Pondok Terop atau menuju Gunung Kukusan
Akan tetapi karakter tanah berwarna kuning yang dilalui sangat rawan menjadi kubangan lumpur di musim penghujan.
Senyampang musim hujan masih belum tiba, maka dipuas-puaskan melalui rute ini, karena single track menurun tajam yang cukup panjang dan dihiasi berm alami di sepanjang rute sangat memanjakan adrenalin. 
Endingnya adalah lebih kurang 1 km jalur rock garden dan beralur di sela-sela hutan pinus dan mahoni ketika memasuki Desa Branggah.
Ayo ... mumpung belum musim hujan... segera coba jalur ini



Cokroniti









Cokroniti



Selasa, Agustus 04, 2020

SUMBER ENDURO



Wilayah kecamatan Sumber adalah lereng sisi timur pegunungan Bromo Tengger Semeru berbatasan dengan wilayah Kabupaten Lumajang.
Kontur tanah berbukit-bukit curam sebagai ciri khas wilayah pegunungan dengan puncak ketinggian hampir 2700 mdpl di tempat yang bernama Pundaklembu, tentu saja sangat menarik untuk di jelajahi.
Namun kali ini, kita mengambil start di Desa Pandansari, yang berada di ketinggian 1650 mdpl.
Sapaan hangat warga seolah menjadi penyemangat kita untuk memulai perjalanan kali ini..
1 km awal jalan beton sebagai warming up setelah itu langsung disuguhi jalan off road single track menurun tajam.dengan disuguhi pemandangan khas dataran tinggi, serta sesekali tampak menyembul view puncak Semeru seolah ikut menyaksikan petualangan hari ini.

Jalanan sempit di diatas lereng yang lumayan curam, menuntut kehati-hatian level dewa.
Namun di kilometer 4, tampak di sisi kiri kita kelokan sungai berbatu yang meliuk-liuk, dan terdapat beberapa air terjun yang bisa kita saksikan dari jalur yang dilalui. Yang berada di perbatasan desa Tukul dan Gemito.

Dan tantangan berat menghadang di wilayah hutan pinus desa Tukul, karena jalur berbatu lepas yang menuntut extra hati-hati serta rawan ban bocor.
Sekalipun kita berusaha mencari jalur alternative di dalam rimbunan semak belukar dan hutan pinus nan padat, namun tetap kembali ke jalan macadam itu lagi.
Sampai akhirnya tampak jalan beton berbelok tajam di sekitar Dusun Prapatan, ada 2 pilihan melanjutkan  jalan beton atau mencoba alternative jalur baru.
Semangat menjelajah pun bergejolak, mencoba jalur alternative untuk mengurangi jalan ber beton dengan melewati jalan paving menurun tajam, sampai di sebuah jembatan untuk sedikit menghela nafas karena tanjakan curam melambai-lambai di depan untuk bisa mencapai dusun Ampel Gading.
Sempat istirahat di depan SD, setelah berjuang melibas tanjakan , perjalanan berlanjut di jalur single track lurus nang panjang yang menggoda untuk memacu sepeda dengan kencang.
Sempat terkendala dengan 1 ban bocor ketika memasuki dusun Kueni, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan 1 kali lagi tanjakan untuk bisa mencapai Desa Karangrejo.
Mulai desa karangrejo. Jalan aspal desa terus menemani hingga masuk wilayah desa Resongo, sampai di komplek makam desa kembali memasuki jalan pedalaman melalui perkampungan dan ditanami pohon jati sampai hingga akhirnya perjalanan pun finish di Bantaran.



Senin, Maret 07, 2016

CEMOROTIGO

Bermain-main dengan sepeda dengan view yang menawan memang menjadi idaman.
Apalagi bila track itu masih perawan dan jarang terjamah roda penggemar sepeda gunung.
Track Cemorotigo sebetulnya sudah terexplorasi sejak 3 tahun yang lalu, hanya saja waktu itu harus masuk ke wilayah dukuh Krajan Desa Ngadirejo.
Alhasil, akan menemui turunan dan tanjakan terjal cukup panjang sehingga harus menguji nyali dan energi pengendara sepeda.
Ternyata, berkah erupsi Bromo tahun 2015, membuat warga mulai membuka jalan baru yang dahulu berupa jalan setapak dan amat sempit.
Track ini bisa dimulai  dikayuh dari Bukit Mentigan, untuk yang gak begitu menyukai tanjakan, karena lokasi ini merupakan batas akhir parkir kendaraan bermotor.
Tapi kalau memiliki energi berlebih, dimulai dari parkiran Cemorolawang juga amat menarik, sekaligus sebagai sarana pemanasan.
Melintasi tebing di sepanjang bukit Mentigan hingga Pusung Lingker yang berjarak 2 km, meskipun single
track tanah dengan elevasi rolling yang menguras tenaga, namun disuguhi pemandangan menawawan Laut Pasir Bromo sebagai background, membuat kita terlupa akan penatnya badan.
Puncak dari track ini di Pusung Lingker dengan ketinggian 2200 mdpl sebagai persinggahan terakhir bisa menikmati indahnya Bromo, dan selanjutnya jalan tanah single track yang didominasi turunan akan dilalui.
Sesekali akan menemui track technical jenis U turn dan S turn yang menuntut kehati-hatian extra, karena kecuraman jalan bisa sampai 20-30°  dibeberapa titik
Jangan terlalu risau menghadapi tanjakan kecil yang cukup menggiurkan pemandangannya, tapi kewaspadaan  extra patut dikedepankan, karena jalur ini masih sering terjadi longsor di beberapa titik terutama dikala puncak musim hujan.
Exostisme perbukitan di sisi utara pegunungan Tengger ini memang didominasi oleh pepohonan cemara gunung dan perkebunan Kubis Kentang dan Bawang Prei khas Bromo. Dijamin akan menyejukkan setiap mata memandang.
Sampai lebih kurang di kilometer 7, sebelum tampai di tanjakan terakhir atau tepatnya di Pusung Clik, kita bisa beristirahat sejenak sambil menikmati hidangan yang biasanya disediakan oleh penghuni rumah satu-satunya yang ada di bukit dengan posisi di ketinggian 1700 mdpl.
Keramah tamahannya tak perlu diragukan lagi, tulus menyambut kehadiran tamu yang bisa dipastikan amat sangat jarang menghampiri  rumah ini yang berada di pelosok seperti ini.
Bagaimana tidak. di rumah yang dialiri listrik dari genset pribadi yang hanya menyala sampai jam 10 malam, karena tak mungkin pengelola
distribusi listrik mau menyalurkan kabelnya melewati jurang dan perbukitan hanya untuk satu rumah saja
Dari Pusung Cilik, kita akan melalui jalan setapak menurun tajam dan diakhiri dengan U-Turn dengan radius yang cukup pendek, sehingga harus menekan tuas rem semaksimal mungkin.
Apabila lolos dari hadangan itu, maka tersisa tanjakan sepanjang lebih kurang 100 meter yang mengakhiri petualngan di pedalaman hutan untuk selanjutnya memasuki area jalan makadam desa di wilayah dusun Cemorotigo.
Mulai kilometer 8 ini, suguhan track makadam, tanah dan aspal desa silih berganti dengan tetap didominasi oleh turunan.
Sesekali juga akan melalui perkampungan warga desa Jurang Prau hingga masuk ke wilayah di dukuh Pancen yang berbatasan dengan desa Sapikerep.
Lebih kurang di kilometer 15 akan bertemu jalan aspal mulus yang merupakan jalan utama menuju kawasan wisata Gunung Bromo, atau lebih tepatnya berada di belakang Villa Istana Petani yang cukup indah.
Perjalanan bisa ditutup dihalaman villa yang cukup luas atau melanjutkan perjalan melalui jalur aspal yang menggoda hingga Sukapura atau Probolinggo.



Minggu, Maret 09, 2014

Ekspedisi Puncaksari

 by : Didit Prasetyo / Kraksaan Temor


Rute diatas deretan bukit
Bike to adventure kali ini GSS Leces mencoba trek Puncak Sari, trek baru yang merupakan pengembangan dari trek 5cm yang memang sudah terkenal. Berangkat pada hari minggu 9 Maret 2014 pukul 05:00 pagi sambil diiringi gerimis tak menciutkan niat tim menuju titik penjemputan loading pickup di Ana Home Stay cemoro lawang.
Sambil melakukan aklimatisasi di Cemorolawang kita singgah ke dapur Santriman untuk bersarapan. Oh iya Dapur Santriman adalah dapur sang pemilik ana home stay.

Aklimatisasi Cemorolawang

Masakan disini adalah recommended tingkat petualang tapi harus di pesan dulu sebelumnya karenan memang bukan rumah makan umum.Berangkat dari Cemorolawang dengan 3 pickup menuju titik start yaitu


2700 MDPL

Di penanjakan 1. Turun ke lalutan pasir dan kembali nanjak di tanjakan setan menuju penakjakan 1. Setelah setting sepeda, briefing dan berdoa akhirnya tepat pukul 9:00 rombongan start langsung memasuki single trek. Titik start adalah sama dengan titik start untuk trek 5cm.
Trek diawali dengan tanjakan, yang perlu diperhatikan di trek ini adalah usakan jangan memporsir tenaga ketika melewati tanjakan, karena pada dataran tinggi semakin kecil kemampuan tubuh kita untuk menyerap oksigen. Apabila tenaga yang dikeluarkan berlebihan maka akan merasa pusing ata-u nafas tersengal-sengal sebagai indikasi tubuh kekurangan oksigen.
Ladang Dukuh Puncaksari

Trek terus menanjak hingga melewati installasi militer, hutan belantara yang teduh hinggal shelter 1. Jangan lupa untuk berhenti di shelter ini sekedar untuk istirahat dan tentunya foto-foto sambil menikmati pemandangan cemoro lawang yang berada jauh dibawah sana.
Setelah shelter 1 trek masih menanjak hingga Pura Cokroniti. Untuk menuju pura ini aka nada persimpangan jalan dari trek asal. Ambil persimpangan arah kekanan kurang lebih 100 meter akan sampai di pura Cokroniti. Pura ini merupakan pura tertinggi di tanah jawa setelah pura Arcopoda di gunung Semeru.


 Sayangnya pura arcopodo sudah rusak dan hampir tidak bisa kita temukan lokasinya apabila kita melakukan pendakian gunung Semeru. Hanya tinggal nama tempatnya saja.



Lepas dari Pura Cokroniti di elevasi 2700MDpl trek masih berupa single trek turunan melewati punggungan bukit. Trek ini memiliki pesona alam yang luar biasa karena kita meniti punggungan bukit yang ada kalanya kita melewati punggungan sempit. Pada titik punggung sempit trek nyaris seperti jembatan single trek dengan lebar trek tidak lebih dari 2 meter. Dikiri dan kanan jurang sedalam kurang lebih 100meter. Berhati-hatilah bila melewati trek ini. Sangat disarankan untuk saling menunggu ketika melintas di trek ini.
Setelah melewati 3 titik jembatan punggungan sampailah pada trek kebun rakyat. Kebun yang pertama berupa kebun kentang, selanjutnya kebun sayuran berupa bawang merah dan tanaman sayur daun lainnya.


Trek masih berupa single trek tanah perkebunan sayur hingga sampailah pada desa Puncak Sari. 
 
Memasuki desa ada mushollah yang bisa digunakan untuk istirahat sambil sholat dzuhur. Rombongan sampai di titik ini pada pulul 13:30. Pada titik ini merupakan titik persimpangan dengan jalur trek 5cm. Belok kanan adalah trek 5cm yang akan finish di desa Sukapura. Melewati desa Ngeluh.
Untuk trek Puncak Sari adalah lurus dengan melewati desa Sapeh. Trek selanjutnya adalah jalan macadam rusak, bukan single trek lagi tentunya, jalan desa macadam dengan batu lepas dan tajam. Trek berupa turunan berkelak-kelok.


Pada cuaca hujan ataupun gerimis trek ini sangat licin sekali. Agan akan merasakan sensasi ban memilih jalurnya sendiri karena terpeleset oleh bebatuan. Ikon pada trek ini adalah rumah bundar, begitu kita menamainya. Rumah berbentuk bundal pada ujung tikungan denga ornament Eropa dengan warna yang cerah dan mencolok.
Selanjutnya trek berupa jalan aspal mulus atau biasa kita sebut Hot Mix alias aspal Korea. Tipe trek berupa rolling, turunan pada sungai dan tanjakan setelah melewati jembatan. Manfaatkan momentum turunan untuk naik ke tanjakan selanjutnya. Tercatat ada 6 kali rolling pada trek ini.
Trek ini akan berakhir di Puskesmas Lumbang dan masuk jalan utama dari Tongas menuju Sukapura. Belok kiri kea rah turun dan kurang lebih 800meter agan akan sapai di café durian, berupa kebun
Cafe Durian Lumbang
durian yang menyajikan makanan dan tentunya durian matang dipohon. Durian di kebun ini adalah durian montong dengan kualitan master. Disinilah titik finish penjemputan untuk agan dari luar kota. Oh iya di cafe durian ini juga terdapat penginapan rumah kayu kapasitas 10 orang untuk tidur dengan fasilitas air hangat untuk mandi.
Total Trek adalah 25Km dengan 17Km single trek dan 8Km jalan desa berupa makadam batu lepas kombinasi hotmix rolling. Waktu penggowesan 5 Jam saja.


Rabu, Januari 01, 2014

Kebun Teh Kertowono yang tak membosankan...

Menuju kebun teh Kertowono, memang banyak jalurnnya. mulai dari  Rambaan dekat antena relay TVRI, atau melalui Sombo yang sudah dilalui beberapa bulan yang lalu.
Namun ada juga melalui Cepoko yang saat ini jalannya sudah mulai mulus. Itu semua berada di Kecamatan Sumber Probolinggo.
Sebetulnya melalui desa ini sudah pernah dicoba beberapa tahun yang lalu, namun kini mencoba tantangan baru, dengan terlebih dahulu loading sampai hampir ke desa tertinggi yaitu Ledokombo.
Truck yang kami sewa untuk mengantarkan ke perbatasan desa Ledokombo dan Desa Pandansari rupanya telah sukses membuat semua penumpang di dalam bak truck pucat pasi, karena jalur yang meliuk-liuk serta jalanan hancur yang mengaduk-aduk isi perut.
Start pun dimulai ketika waktu hampir menunjuk pukul 8, langsung meluncur ke sebuah jalan desa menuju kampung Sidareja. Jalanan berbatu ini dikelilingi tanah tegal khas dataran tinggi yang ditanami oleh kentang bawang prei dan kobis.
Sambutan hangat masyarakat sekitar membuat kita semakin bersemangat untuk terus melaju hingga desa Kalicilik.
Setelah desa Kalicilik, ternyata jalanan aspal mulus yang masih baru menemani hingga masuk ke desa Cepoko yang merupakan desa terakhir yang masuk wilayah Kabupaten Probolinggo, karena selanjutnya kita akan memasuki kawasan kebun teh Kertowono yang sudah masuk wilayah Kabupaten Lumajang.
Didalam kawasan perkebunan ini, kami menyempatkan diri untuk mampir ke sebuah kampung kecil yang semua penduduknya berprofesi sebagai buruh perkebunan yang masuk wilayah Afvdeling Kertosuko.
Di kamping ini kami menyempatkan diri untuk sholat Dhuhur karena waktu sudah menunjuk pukul 12 siang.
Sebetulnya masih ada lagi satu kampung yang diberi nama Kamaran Tengah, namun kami tak melaluinya, karena jalur menuju Kertowono sedikit berbeda.
Setelah menelurusi jalur sempit di sekitar petak-petak kebuh teh,, untuk mempercepat laju, dipilih nya jalur jalan yang biasa dipergunakan oleh kendaraan milik perkebunan, namun jalan berbatu ini menurun tajam dan ditemani oleh hujan yang kadang deras kadang pula turun rintik-rintik, menuntut kita agar ekstra hati-hati, karena jalanan menjadi licin dan pandangan sedikit terhalang.
Di ujung kawasan perkebunan ini terdapat sebuah Air Terjun kecil dan terdapat sebuah Pabrik Pengolahan Daun Teh milik PTPN XII.
Menyempatkan diri untuk loading karbohidrat di warung samping pabrik, kemudian perjalanan pulang meluncur turun melalui jalan aspal yang sudah mulai rusak di desa Dadapan hingga sampai ke Kedungjajang.
Dari Kedungjajang melalui jalan raya menanjak hingga Klakah - Ranuyoso, kemudian meluncur turun hingga sampai di rumah Leces dan waktu sudah mendekati Maghrib.

Minggu, Desember 22, 2013

Blusukan edition

Untuk kali ini, edisi blusukan tak kalah menariknya, karena yang dilalui adalah jalan-jalan yang tak biasa.
Dimulai dari Leces menuju arah Barat di Bantaran.
Disana sudah menunggu 3 personal dari kota Probolinggo diantaranya Dwijoko Chandra dan Andre.
Sedangkan yang berangkat dari Leces selain pak ketua Haji Djoko juga Arif Santoso dan Agus.
Aspal jalanan mulus menyapa diawal seakan membuat mereka ber-enam begitu terlena untuk berpacu satu sama lain.
Namun ketika memasuki desa Legundi, diajak untuk melintasi jalanan sempit di sekitar sungai Legundi yang melintasi perkampungan desa tersebut. Jalan tanah sedikit menanjak membuat kayuhan semakin berat.
Dari desa Legundi kemudian perjalanan dilanjutkan hingga menyeberangi sungai kecil menuju desa Tunggak Cerme dengan tantangan jalur yang semakin sempit dan tanjakan mesra.
Sampai akhirnya puncak tanjakan berada di wilayah desa Wringin Anom / Bades yang berkelok-kelok indah. Kemudian melipir menuju ke arah wilayah desa Resongo.
Dari sini jalan aspal mulus mengantarkan mereka sampai ke Kuripan kembali lewat desa Legundi dan akhirnya berpisan di pertigaan Bantaran.
Perjalanan blusukan sejauh hampir 40 KM ini ternyata menunjukkan bahwa masih banyak jalur nan indah dan menantang di sekitar kita.

Minggu, Desember 15, 2013

Sepuhgembol.... where are you

Ceritanya lagi penasaran setelah mengetahui adanya sebuah waduk baru di wilayah desa Sepuhgembol yang berada di Kecamatan Lumbang.
Sehingga untuk mengobati rasa penasaran itu meluncurlah kami direncanakan melalui Pemandian Sumberbendo.
Namun setelah mendapatkan informasi dari penduduk sekitar, maka rute dialihkan melalui Wonomerto yang landai-landai saja, kemudian menanjak mulus hingga menuju puncak Hutan jati Purut.
Dari sini, melalui jalan setapak untuk kemudian diketemukan jalan aspal yang masih baru, namun ternyata jalan tersebut terpotong oleh sebuah sungai.
Menyusuri sungai ini ternyata sangat menarik karena pemandangan eksotis dan perawan seakan tak ter percaya kalau lokasi ini tak jauh dari kota Probolinggo yang sudah hiruk
pikuk.
Puas meyusuri sungai yang berair hanya di musim hujan ini, akhirnya membuat kita lupa pada tujuan semula mencari waduk Sepuh Gembol.
Hari sudah semakin siang, sehingga memutuskan untuk mencari waduk tersebut lain kali saja.