Sponsored by :

Senin, Maret 07, 2016

CEMOROTIGO

Bermain-main dengan sepeda dengan view yang menawan memang menjadi idaman.
Apalagi bila track itu masih perawan dan jarang terjamah roda penggemar sepeda gunung.
Track Cemorotigo sebetulnya sudah terexplorasi sejak 3 tahun yang lalu, hanya saja waktu itu harus masuk ke wilayah dukuh Krajan Desa Ngadirejo.
Alhasil, akan menemui turunan dan tanjakan terjal cukup panjang sehingga harus menguji nyali dan energi pengendara sepeda.
Ternyata, berkah erupsi Bromo tahun 2015, membuat warga mulai membuka jalan baru yang dahulu berupa jalan setapak dan amat sempit.
Track ini bisa dimulai  dikayuh dari Bukit Mentigan, untuk yang gak begitu menyukai tanjakan, karena lokasi ini merupakan batas akhir parkir kendaraan bermotor.
Tapi kalau memiliki energi berlebih, dimulai dari parkiran Cemorolawang juga amat menarik, sekaligus sebagai sarana pemanasan.
Melintasi tebing di sepanjang bukit Mentigan hingga Pusung Lingker yang berjarak 2 km, meskipun single
track tanah dengan elevasi rolling yang menguras tenaga, namun disuguhi pemandangan menawawan Laut Pasir Bromo sebagai background, membuat kita terlupa akan penatnya badan.
Puncak dari track ini di Pusung Lingker dengan ketinggian 2200 mdpl sebagai persinggahan terakhir bisa menikmati indahnya Bromo, dan selanjutnya jalan tanah single track yang didominasi turunan akan dilalui.
Sesekali akan menemui track technical jenis U turn dan S turn yang menuntut kehati-hatian extra, karena kecuraman jalan bisa sampai 20-30°  dibeberapa titik
Jangan terlalu risau menghadapi tanjakan kecil yang cukup menggiurkan pemandangannya, tapi kewaspadaan  extra patut dikedepankan, karena jalur ini masih sering terjadi longsor di beberapa titik terutama dikala puncak musim hujan.
Exostisme perbukitan di sisi utara pegunungan Tengger ini memang didominasi oleh pepohonan cemara gunung dan perkebunan Kubis Kentang dan Bawang Prei khas Bromo. Dijamin akan menyejukkan setiap mata memandang.
Sampai lebih kurang di kilometer 7, sebelum tampai di tanjakan terakhir atau tepatnya di Pusung Clik, kita bisa beristirahat sejenak sambil menikmati hidangan yang biasanya disediakan oleh penghuni rumah satu-satunya yang ada di bukit dengan posisi di ketinggian 1700 mdpl.
Keramah tamahannya tak perlu diragukan lagi, tulus menyambut kehadiran tamu yang bisa dipastikan amat sangat jarang menghampiri  rumah ini yang berada di pelosok seperti ini.
Bagaimana tidak. di rumah yang dialiri listrik dari genset pribadi yang hanya menyala sampai jam 10 malam, karena tak mungkin pengelola
distribusi listrik mau menyalurkan kabelnya melewati jurang dan perbukitan hanya untuk satu rumah saja
Dari Pusung Cilik, kita akan melalui jalan setapak menurun tajam dan diakhiri dengan U-Turn dengan radius yang cukup pendek, sehingga harus menekan tuas rem semaksimal mungkin.
Apabila lolos dari hadangan itu, maka tersisa tanjakan sepanjang lebih kurang 100 meter yang mengakhiri petualngan di pedalaman hutan untuk selanjutnya memasuki area jalan makadam desa di wilayah dusun Cemorotigo.
Mulai kilometer 8 ini, suguhan track makadam, tanah dan aspal desa silih berganti dengan tetap didominasi oleh turunan.
Sesekali juga akan melalui perkampungan warga desa Jurang Prau hingga masuk ke wilayah di dukuh Pancen yang berbatasan dengan desa Sapikerep.
Lebih kurang di kilometer 15 akan bertemu jalan aspal mulus yang merupakan jalan utama menuju kawasan wisata Gunung Bromo, atau lebih tepatnya berada di belakang Villa Istana Petani yang cukup indah.
Perjalanan bisa ditutup dihalaman villa yang cukup luas atau melanjutkan perjalan melalui jalur aspal yang menggoda hingga Sukapura atau Probolinggo.



Tidak ada komentar: